MENU BLOG

Sunday 9 November 2014

Sejarah Al-Qur`an di Zaman Periode Madinah



i. Nabi Muhammad Sebagai Maha Guru Al-Qur'an
 

  • Begitu sampai di Madinah, Nabi Muhammad membuat Suffa di dalam masjid yang berfungsi sebagai tempat belajar pemberantasan buta huruf, dengan menyediakan makanan, dan tempat tinggal.
  • Lebih kurang sembilan ratus sahabat menerima tawaran tersebut.42 Saat Nabi Muhammad mengajarkan Al-Qur'an, yang lainnya seperti ‘Abdulah bin Sa`id bin al-'As, `Ubada bin as-Samit, dan Ubay bin Ka'b mengajar­kan dasar-dasar penting membaca and menulis.43
  • Ibn ‘Umar sekali memberi pujian, "Nabi Muhammad membaca pada kita dan jika beliau membaca ayat sajadah yang menyuruh bersujud, beliau mengucapkan Allahu Akbar lalu sujud.44
  • Banyak di antara para sahabat menjelaskan bahwa Nabi Muhammad membaca surah seperti itu kepada mereka secara pribadi termasuk orang­orang terkemuka, seperti Ubayy bin Ka'b, ‘Abdullah bin Salam, Hisham bin Hakim, 'Umar bin Khattab, dan Ibn Mas'ud.45
  • Beberapa utusan sampai ke Madinah dari luar daerah dan diberikan pada orang setempat untuk memberi perlindungan bukan saja di bidang pangan dan penginapan, melainkan juga dalam hal pendidikan. Nabi Muhammad bertanya pada mereka guna mengetahui tingkat pelajaran mereka.46
  • Setiap diberi wahyu, Nabi Muhammad cepat-cepat membacakan ayat yang baru beliau terima kepada semua sahabat dan kemudian membacakan kepada para wanita dalam pertemuan terpisah.47 
  • ‘Uthman bin Abi al-'As selalu ingin belajar Al-Qur'an dengan Nabi Muhammad dan jika tidak menemuinya, beliau mendatangi rumah Abu Bakr.48

ii. Dialek yang digunakan oleh Nabi Muhammad dalam Mengajarkan Al-Qur'an di Madinah

Adalah fakta yang cukup kuat bahwa sekalipun manusia berbicara bahasa namun tetap mengalami perbedaan dialek yang mencolok dari satu satu tempat ke tempat lain. Dua orang misalnya, kendati tinggal di New York dari kultur dan sosio-ekonomi yang berlainan akan memiliki aksen yang berbeda. Demikian juga orang-orang yang tinggal di London akan berbeda dengan mereka yang tinggal di Glasgow atau Dublin. Dalam hal bahasa Inggris, terdapat perbedaan sistem ejaan Amerika dan Inggris clan mungkin saja ter­dapat kesamaan dalam ejaan namun berbeda dalam intonasi.
Marilah kita amati situasi negara-negara Arab masa kini dalam peng­gunaan kata-kata qultu ( saya bicara) sebagai satu permasalahan, Orang Mesir mengungkapkan dengan kata ult, diganti dengan u dari kosakata q. Orang Yaman mengatakan dengan ungkapan gultu kendati dalam menulis kata­kata semua orang Arab akan mengatakannya secara identik. Contoh lain: seorang bernama Qasim akan disebut oleh orang Teluk Parsi dengan istilah Jasim; orang yang sama mengganti j dengan y, maka kata-kata rijal (orang lelaki) bisa berubah menjadi raiyyal dalam ungkapan.
Di Mekah mayoritas Muslim memiliki latar belakang budaya yang beragam. Karena Islam berkembang melewati batas kesukuan dan mencakup seluruh Jazirah Arab, berbagai aksen terjadi kontak satu sama lain. Pengajaran Al-Qur'an pada suku yang berbeda pun dirasa perlu dan mengharuskan mereka meninggalkan dialek asli secara keseluruhan dan meninggalkan dialek Arab Quraish di mana Qur'an diwahyukan, rasanya suatu masalah yang dirasa sulit untuk dilakukan. Guna memfasilitasi masalah tersebut, Nabi Muhammad mengajarkan mereka AI-Qur'an dengan dialek mereka. Dalam satu kesempatan dua orang atau lebih dari suku yang berbeda boleh juga belajar Al-Qur'an dalam dialek mereka, jika dirasa perlu.

iii. Para Sahabat sebagai Pengajar Al-Qur'an

'Abdullah bin Mughaffal al-Muzani mengatakan bahwa saat seorang Arab hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad menugaskan seseorang dari kaum Ansar pada individu dengan mengatakan: biarkan la memahami Islam dan mengajarkannya tentang Al-Qur'an. "Hal yang sama terjadi pada diri saya," katanya, "sebagaimana saya dipercaya karena pada salah satu dari orang Ansar yang telah membuatku paham agama dan mengajarku Al-Qur'an."49 Bukti nyata menunjukkan bahwa para sahabat secara aktif ambil bagian dalam kebijaksanaan, seperti pada periode Madinah. Riwayat berikut mewakili, seperti biasa, hanya sebagian dari petikan bukti-bukti yang ada pada kita.

  • ‘Ubada bin as-Samit mengajarkan AI-Qur'an pada masa kehidupan Nabi Muhammad.50
  • Ubbay juga mengajarkan Al-Qur'an pada masa kehidupan Nabi Muhammad di Madinah51, sehingga secara terus-menerus ia mengajar seorang buta di rumahnya.52
  • Abu Sa’id al-Khudri menjelaskan bahwa ia duduk dengan sekelompok imigran dari Mekah sewaktu seorang qari' membaca untuk mereka.53
  • Sahl bin Sa`id al-Ansari berkata, "Nabi Muhammad mendatangi kita sewaktu kami membaca bergantian..."54
  • `Uqba bin `Amir memberi komentar, "Nabi Muhammad hadir pada kami sewaktu kami berada di dalam masjid mengajar satu sama lain tentang Al-Qur' an."55
  • Jabir bin ‘Abdullah berkata, "Nabi Muhammad mengunjungi sewaktu kami membaca Al-Qur'an. Kumpulan kami terdiri dari orang-orang Arab dan juga bukan Arabs.56
  • Anas bin Malik kemonetar, 'Nabi Muhammad datang kepada kita se­waktu kami membaca, diantara kita terdapat orang-orang Arab dan bukan Arab, kulit hitam dan kulit putih.57
  • Bukti tambahan menunjukkan bahwa para sahabat melawat sampai di luar kota Madinah bertindak sebagai instruktur:
  • Mu'adh bin Jabal dikirim ke Yaman.58
  • Dalam perjalanan menuju Bir' Ma'una, sekurang-kurangnya empat puluh kalangan para sahabat yang dikenal sebagai pengajar Al-Qur'an dibunuh.59
  • Abu ‘Ubaid dikirim ke Najran.60
  • Wabra bin Yuhannas mengajar Al-Qur'an in San'a' (Yaman) kepada Um-Sa`id bint Buzrug semasa kehidupan Nabi Muhammad.61
42. AI-Kattani, at-Taratib al-Idariya, i:476-80. Menurut Qatada (61-117 A.H) jumlah orang ­orang yang belajar mencapai sembilan ratus dan ulama lain menyebut hanya empat ratus.
43. AI-Baihaqi, Sunan, vi: 125-16.
44. Muslim, Sahih, Masajid:104.
45. Al_Baihaqi , Sunan, vi: 125-126.
46. Ibn Hanbal, Musnad, iv: 206.
47. Ibn Ishaq, as-Seyar wa al-Maghazi, diedit oleh Zakkar, hlm.147.
48. AI-Baqilani, al-lntisar, versi yang telah diperluas, hlm.69.
49. Al-Baqilani, al-Intisar, versi yang diperluas, hlm. 69.
50. Al-Baqilani , Sunan, vi: 125; Abu `Ubaid, Fada'il, hlm. 206-7.
51. Abu ‘Ubaid, Fada'il, hlm. 207.
52. Ibid, hlm.208.
53. Al_Khatib, al-Faqih, ii: 122.
54. Abu 'Ubaid, Fada'il, hlm. 68, al-Faryabi, Fada'il, hlm. 246.
55. Abu ‘Ubaid, Fada'il, hlm. 69-70.
56. Al Faryabi, Fada'il, hlm. 244.
57. Ibn Hanbal, Musnad, iii: 146; juga agar dilihat al-Faryabi, Fada'il, hlm.
58. AI-Khalifa, Tarikh, i: 72; ad-Dulabi, al-Kuna, i:19.
59. AI-Baladhuri, Ansab, i: 375.
60. lbn Sa'd, Tabaqat, iii/2: 299.
61. Ar_Razi, Tarikh Madinat San'a', hlm. 131. 244-45.
62. Adh-Dhahabi, Seyar al-`Alam an Nubula', ii: 245; Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 52.

0 komentar: