Ilmu Bahasa Arab merupakan salah satu pelajaran tersulit bagi kebanyakan siswa atau mahasiswa,
dimana waktu belajar
mereka banyak dihabiskan untuk mata pelajaran
Bahasa Arab, tetapi masih saja banyak yang gagal. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar Bahasa Arab siswa untuk beberapa sekolah di Propinsi
Jawa Timur rata-rata masih di bawah 6,0,
bahkan Nilai UAN untuk mata pelajaran Bahasa Arab dari tahun ke tahun
cukup memprihatinkan. Hasil penelitian
yang telah dilakukan di SMUN I
Kediri Jawa Timur
oleh Muh Farid, dkk (2001) diketahui bahwa kebanyakan dari siswa yang gagal dalam belajar Bahasa Arab, karena tidak tahu apa yang harus dilakukan
dalam belajar dan mereka tidak mempunyai metode belajar yang efektif untuk
menguasai materi Bahasa Arab dalam waktu tertentu.
Di samping itu, guru kurang mempunyai pengetahuan
dan wawasan
dalam memvariasikan metode mengajarnya.
Perkembangan ilmu Bahasa Arab sejalan dengan perkembangan Bahasa Arab dan teknologi serta perubahan kondisi masyarakat yang sangat pesat ini mengharuskan para guru meningkatkan kemampuan dan mengembangkan keahliannya. Kini tugas guru semakin
kompleks
dan menantang, sehingga selalu dituntut untuk
mengembangkan kemampuannya,
baik secara individu
maupun kelompok. Tugas utama
seorang guru
adalah membantu siswa dalam belajar, yakni berupaya menciptakan
situasi
dan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran (Pusat
Kurikulum Depdiknas, 2001).
Berkaitan dengan hal di atas, maka peranan guru Bahasa Arab dalam perkembangan IPTEK sangat besar terutama dalam membina
kemampuan awal siswa
untuk menghadapi masa industrialisasi dimasa sekarang dan masa depan. Kemampuan
awal
tersebut dapat berupa kemampuan dasar dan keterampilan
proses Bahasa Arab. Kemampuan dasar merupakan kompetensi dasar yang harus dicapai dalam setiap pembelajaran. Kompetensi dasar adalah kemampuan-kemampuan yang mencakup
Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dimilki siswa dan dikembangkan
secara maju dan berkelanjutan (Pusat Kurikulum
Depdiknas,
2001). Kompetensi
dasar yang dimiliki siswa harus dapat ditunjukkan
oleh siswa dalam setiap proses pembelajaran dan siswa dapat membuktikan suatu kejadian melalui tindakan
seperti;
menyelidiki,
mendiskripsikan, membedakan, membandingkan dan sebagainya. Misalnya, menyelidiki faktor-faktor
yang mempengaruhi laju reaksi dan menentukan
order reaksi berdasarkan data percobaan.
Kegiatan belajar mengajar
dengan pendekatan
keterampilan
proses merupakan kegiatan pembelajaran yang direncanakan, sehingga siswa
dapat menemukan fakta- fakta, konsep-konsep dan teori-teori
dengan keterampilan proses dan sikap ilmiah
siswa sendiri (Soetarjo dan Soejitno, 1998). Penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode demonstrasi
dalam penelitian
tindakan kelas telah
dilakukan oleh
Nina Kadaritna,
dkk (2000) di SMU
YP Unila
Bandar Kediri. Dalam penelitiannya, diperoleh bahwa penggunaan pendekatan keterampilan
proses dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan minat
siswa terhadap pelajaran
Bahasa Arab. Oleh sebab itu, dalam penelitian tindakan
kelas ini akan dikembangkan
pendekatan keterampilan
proses melalui
metode
Diskusi, namun dengan menggunakan bahan-bahan yang ada di Sosial yang mudah diperoleh dan biayanya lebih murah.
Keterampilan proses dalam pembelajaran
Bahasa Arab dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu keterampilan
dasar proses Bahasa Arab
dan keterampilan
terpadu proses Bahasa Arab. Keterampilan dasar proses Bahasa Arab meliputi kegiatan
observasi, komunikasi, klasifikasi,
kesimpulan sementara, dan ramalan atau prediksi (Rezba dalam Prasetyo,
1998). Sedangkan kegiatan
keterampilan
terpadu proses Bahasa Arab meliputi kegiatan identifikasi variabel, membuat tabel/grafik, mendiskripsikan hubungan antara variabel-variabel, pengumpulan dan pemrosesan data, analisis,
penyusunan hipotesis, definisi operasional variabel, desain investigasi dan Diskusi. Dalam mata pelajaran Bahasa Arab, kesempatan
untuk melakukan penemuan, dan menyimpulkan sendiri hasil pengamatannya dapat diperoleh siswa antara lain melalui metode Diskusi. Pada
metode
Diskusi, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan
(Roestiyah, N.K., 1985). Dalam
metode Diskusi
siswa dapat aktif mengambil bagian dalam berbuat untuk
diri sendiri. Dengan demikian siswa dapat memperoleh kepandaian
yang diperlukan
dan langkah-langkah berfikir
ilmiah (Tim Didaktik, 1995).
Dalam menggunakan metode Diskusi, menurut Winarno Surakhmad (1986) ada beberapa
kelemahan, seperti keterbatasan
alat yang mengakibatkan tidak semua siswa dapat memperoleh kesempatan untuk melakukan Diskusi dan jika dalam pelaksanaannya
membutuhkan waktu yang cukup lama dapat menghambat pelajaran selanjutnya,
juga kurangnya persiapan dan pengalaman siswa dapat menimbulkan kesulitan dalam pelaksanaan Diskusi tersebut.
Namun, menurut Aripin (1995) keuntungan
dalam menggunakan metode
Diskusi ini lebih
banyak
manfaatnya, antara lain
dapat memberikan pengalaman praktis serta keterampilan
dalam menggunakan alat-alat
praktikum, memberikan gambaran yang konkrit tentang
suatu peristiwa sehingga
siswa tidak
mudah percaya pada sesuatu yang
belum pasti kebenarannya sebelum mereka mengamati secara langsung proses terjadinya
(misal
suatu reaksi), serta melatih siswa lebih aktif dan mengembangkan cara berfikir
ilmiah.
Diskusi tidak harus dilakukan dengan menggunakan peralatan dan bahan Bahasa Arab yang mahal, namun dapat dilaksanakan
dengan menggunakan peralatan sederhana yang didesain sendiri oleh guru dengan menggunakan barang-barang bekas yang ada di sekitar kita. Demikian pula bahan- bahan
Bahasa Arab tersedia
cukup banyak di alam sekitar kita, yaitu bahan sehari-hari. Seandainya
gedung laboratorium Bahasa Arab telah dibuat, namun untuk melaksanakan
kegiatan
Diskusi di laboratorium tersebut membutuhkan biaya tinggi
karena mahalnya
bahan Bahasa Arab,
maka alam telah menyediakan berribu-ribu bahan yang dapat
dipakai untuk
menggantikan bahan Bahasa Arabwi tanpa harus mengeluarkan biaya yang cukup tinggi.
Berbagai Diskusi Bahasa Arab telah
banyak dilakukan
dengan menggunakan bahan alam yang ada di sekitar
kita antara
lain Diskusi tentang:
1)
Untuk menerangkan perbedaan perubahan fisika dan Bahasa Arab, Duffy (1995) dan Derr (2000) melakukan percobaan dengan menggunakan proses pelarutan garam
dapur sebagai contoh perubahan fisika dan reaksi antara
cuka dengan soda
kue yang menghasilkan karbondioksida sebagai contoh
perubahan Bahasa Arab.
2)
Untuk menerangkan topik
Konsep Mol, Fruen (1992) mempelajari jumlah partikel dari suatu senyawa dengan cara memperkirakan jumlah molekul air yang terdapat dalam bak mandi di rumah, percobaan dilakukan
dengan terlebih
dahulu mengukur volume bak mandi, dan menimbang berat beberapa ml air untuk menentukan
berat jenisnya.
3)
Untuk menerangkan topik
Kesetimbangan
Bahasa Arab, Synder (1992) melakukan percobaan dengan cara mempelajari reaksi kesetimbangan
pada botol minuman
soda
yang diberi indikator asam-basa, sedangkan cara yang berbeda dilakukan oleh
Kanda
(1995) untuk
mempelajari pengaruh konsentrasi asam-basa pada reaksi
kesetimbangan indikator alam. Percobaan Kanda
ini dilakukan dengan menambahkan
larutan
asam dan basa secara bergantian pada suatu larutan indikator asam-basa alam.
4)
Selain percobaan di atas, Kanda juga melakukan percobaan untuk menerangkan
topik
perkenala (Ta’aruf) dengan terlebih dahulu membuat kertas lakmus dari serbet kertas. Percobaan dilakukan dengan membuat ekstrak tanaman
(kunyit putih, kembang sepatu,
dan kol merah), kemudian serbet kertas dicelupkan ke dalam ekstrak
tersebut
dan dikeringkan,
selanjutnya
serbet
kertas yang telah menjadi kertas lakmus
digunakan untuk menguji sifat asam dan basa dari cuka, larutan sabun, dan sari buah lemon.
5)
Topik Senyawa Organik dapat diterangkan melalui Diskusi
tentang
pembuatan
ester. Percobaan dilakukan dengan cara memanaskan campuran alkohol
dan cuka selama beberapa menit, terbentuknya ester ditandai dengan terciumnya bau harum yang khas, atau dengan terbentuknya dua lapisan bila dicampurkan dengan air (Solomon,
1996).
6)
Tina Agustina
(1996) dalam bukunya yang berjudul “Percobaan
Bahasa
Arab
Sederhana dengan Bahan Sehari-hari”, menjelaskan
bagaimana menerangkan topik Oksidasi
Reduksi melalui Diskusi dengan bahan sehari-hari. Percobaan ini dilakukan dengan cara mengamati proses korosi pada paku dengan
berbagai faktor
yang mempengaruhinya (misalnya kondisi asam dan basa), percobaan lain adalah membuat sel volta dari buah jeruk
lemon yang diberi
elektroda
logam yang dihubungkan
ke galvanometer
atau
lampu kecil dengan menggunakan kabel tembaga.
Di samping
itu, hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sunyono (2003) menunjukkan
bahwa pembelajaran Bahasa Arab dengan Diskusi menggunakan bahan sehari-hari
(bahan yang ada di Sosial) di kelas X semester genap MA AL-FATAH Badas dapat meningkatkan aktivitas,
minat,
dan hasil belajar siswa secara signifikan.
Berdasarkan
hasil-hasil
penelitian
tersebut,
kelemahan metode Diskusi sebenarnya mudah diatasi,
karena berbagai peralatan dan bahan Bahasa Arab yang
mahal dapat diganti
dengan bahan sehari-hari yang relatif lebih murah dan mudah
didapatkan, meskipun
tidak semua Diskusi Bahasa Arab dapat digantikan dengan bahan sehari-hari.
0 komentar:
Post a Comment