Assalamu’alaikum wr wb.
Dewasa ini banyak pemikiran2 baik yang tertulis di buku, artikel, media dsb yang sepintas sepertinya baik tetapi sesungguhnya tersembunyi hal-hal yang membahayakan akidah Islam. Salah satunya adalah buku Cak Nun (Emha Ainun Nadjib) yang berjudul ”Gusti Allah tidak nDeso”. Dalam bukunya tsb Cak Nun menulis diantaranya adalah tentang ”pilihan” yang diajukan cak Nun tentang 3 macam orang :
Pertama : orang yang shalatlima waktu, membaca
al-quran, membangun masjid, tapi korupsi uang negara.
Kedua : orang yang tiap hari berdakwah, shalat, hapal al-quran, menganjurkan hidup sederhana, tapi dia sendiri kaya-raya, pelit, dan mengobarkan semangat permusuhan.
Ketiga : orang yang tidak shalat, tidak membaca al-quran, tapi suka beramal, tidak korupsi, dan penuh kasih sayang.
Dewasa ini banyak pemikiran2 baik yang tertulis di buku, artikel, media dsb yang sepintas sepertinya baik tetapi sesungguhnya tersembunyi hal-hal yang membahayakan akidah Islam. Salah satunya adalah buku Cak Nun (Emha Ainun Nadjib) yang berjudul ”Gusti Allah tidak nDeso”. Dalam bukunya tsb Cak Nun menulis diantaranya adalah tentang ”pilihan” yang diajukan cak Nun tentang 3 macam orang :
Pertama : orang yang shalat
Kedua : orang yang tiap hari berdakwah, shalat, hapal al-quran, menganjurkan hidup sederhana, tapi dia sendiri kaya-raya, pelit, dan mengobarkan semangat permusuhan.
Ketiga : orang yang tidak shalat, tidak membaca al-quran, tapi suka beramal, tidak korupsi, dan penuh kasih sayang.
Dan dengan penuh keyakinan cak
Nun pilih yang ketiga. Inilah yang perlu dikritisi karena sangat
membahayakan akidah, karena seolah2 cak Nun menyuruh (orang Islam) tidak usah
sholat, tidak usah baca Al Qur’an, yang penting berbuat baik kepada sesama
yaitu diantaranya suka beramal, tidak korupsi & penuh kasih sayang, dsb.
Mari kita ingat pelajaran Agama
di sekolah dulu. Dalam hidup manusia ada istilah hubungan vertikal antara
manusia dgn Tuhannya (habluminallah) dan hubungan horizontal antara manusia dgn
manusia lainnya (habluminannas), dimana keduanya harus seimbang tidak boleh
mengabaikan salah satu diantara kedua hal tsb karena semua akan ada
konsekuensinya.
1. Habluminallah
Manusia diciptakan oleh Allah
untuk mengabdi kepadaNya. Allah memerintahkan manusia untuk menyembah hanya
kepada Allah, dan beribadah kepadaNya. Ibadah dalam kaitan yang
diperintahkan oleh Allah ada banyak tapi kita hanya bicarakan tentang Sholat
dan membaca Al Qurán berkaitan dgn pernyataan cak Nun di atas.
- Sholat
Sholat adalah salah satu ibadah
wajib yang diperintahkan oleh Allah. Perintah Sholat disebutkan berkali2
di Al Qur’an mulai dari Surat Al Baqarah ayat 3, 43, 45, 83, 110, 153, 177,
238, 277, Surat Annisa ayat 43, 102, 103, 162, dsb, dan masih banyak
lagi. Begitu pentingnya Sholat sehingga kelak Sholat adalah ibadah
pertama yang diperiksa dalam perhitungan amal di akherat dan menjadi tolok ukur
seluruh amal ibadah lainnya. Bila sholatnya baik maka seluruh amal
ibadahnya baik, begitu juga sebaliknya bila sholatnya jelek (atau tidak pernah
sholat) maka jeleklah seluruh amal lainnya.
Begitu pentingnya sholat maka ia
disebutkan sebagai tiangnya agama, siapa yang mendirikan sholat maka dia telah
menegakkan tiang agama, sebaliknya yang meninggalkan sholat berarti telah
meruntuhkan tiang agama. Itulah sebabnya sholat diwajibkan bagi seluruh
umat muslim dewasa yang berakal tanpa kecuali. Sesungguhnya sholat juga
diperintahkan dan dilakukan oleh umat-umat terdahulu sebelum umat Muhammad saw.
Jadi sebenarnya seluruh umat manusia mulai dari nabi Adam a.s. diperintahkan
untuk sholat sebagai bentuk penyembahan dan ketundukan (sujud) dari seorang
hamba kepada Tuhannya yaitu Allah swt. Barangsiapa yang enggan melakukan
sholat maka akan mendapatkan siksa yang amat pedih sejak di alam barzah (kubur)
hingga di kehidupan akhirat nanti.
- Membaca Al Qurán
Semua orang tahu bahwa kitab
suci umat Islam adalah Al Qurán. Di dalamnya terdapat hukum, aturan, dan
pedoman dan harus dipatuhi oleh umat Islam. Terdapat juga ilmu
pengetahuan dan sejarah (cerita) bisa dijadikan hikmah bagi umat manusia.
Al Qurán harus dibaca dan dipelajari untuk dilaksanakan dan dijadikan acuan
dalam kehidupan sehari2. Bila umat Islam selalu bersandar kepada Al Qurán
(dan Hadits) maka akan menjadi umat yang kuat. Sebaliknya bila umat Islam tidak
mau membaca dan mempelajari Al Qurán maka mereka tidak mengerti aturan yang
harus dianut sebagai seorang muslim – dengan kata lain menjadi orang yang bodoh
(jahil) yaitu bodoh dalam ilmu agama – akibatnya bisa diduga, umat Islam
akan semakin jauh dari Islam dan menjadi kaum yang lemah bahkan menuju kepada
kehancuran.
.
.
2. Habluminannas
Allah memerintahkan manusia
untuk saling menyayangi dan berbuat baik satu dengan yang lainya. Allah
mengatur masalah hubungan yang baik sesama manusia antara lain tentang :
- mendahulukan kepentingan orang lain (QS 2:177, 59:9),
- berbuat baik adalah merupakan sebaik-baik amalan (QS 3:92, 3:134),
- menyempurnakan takaran dan timbangan, serta tidak merugikan orang lain (QS 7:85, 11:84, 11:85, 17:35, 26:181, dsb) – mengurangi takaran termasuk korupsi kecil2an.
- berinfak atau memberikan sebagian rizki kepada orang lain (QS 2:254, 3:92, 14:31, 32:16, 35:29, 42:38, dsb)
- tolong menolong dan kasih sayang (QS 5:2, 48:29, 24:22, 90:17), dan masih banyak banyak lagi.
Kesimpulannya adalah segala
perbuatan baik kepada sesama manusia, tidak merugikan orang lain, tolong
menolong dan kasih sayang memang diperintahkan oleh Allah kepada manusia,
artinya hubungan baik kepada sesama manusia itu dalam rangka hubungan baik
kepada Allah (dalam rangka melaksanakan perintah Allah). Dengan kata lain
habluminannas dalam rangka habluminallah. Keduanya sejalan dan tidak untuk
dipertentangkan. Orang yang mengabaikan habluminannas selain mendapatkan
murka dari Allah dan konsekuensi di akherat, juga akan menerima konsekuensi
dari sesama manusia lainya yaitu berupa perlakuan atau sangsi atau hukuman dari
aturan/hukum atau norma masyarakat di mana ia berada.
Yang menjadi pertanyaan adalah
bagaimana bila ada yang melakukan sholat tapi masih juga korupsi, bakhil
(pelit), tidak suka menolong, dsb. Itu karena orang tersebut sholatnya belum
benar. Bisa jadi karena sholatnya karena agar dilihat orang lain (riya’),
atau karena tujuan2 lain selain Allah, atau ia termasuk orang yang lalai dalam
sholatnya sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Ma’un ayat 4-5: “Maka
celakalah bagi orang-orang yang sholat, tetapi lalai dari sholatnya.”
Dalam surat Al
Ankabut ayat 29 Allah berfirman: ”Sesungguhnya sholat itu mencegah dari
perbuatan-perbuatan keji dan munkar.” Maka bila seseorang Sholatnya baik maka
itu akan ter-refleksi dalam kehidupan sehari-harinya yaitu, tawadhu’, bertindak
dan bertingkah laku baik (diantaranya suka beramal dan kasih sayang terhadap
sesama) dan meninggalkan segala perbuatan buruk (termasuk korupsi, mencuri, dan
sebagainya).
Sebagai seorang tokoh yang
katanya “kyai” (tapi pakai tambahan “mbeling”), jebolan pesantren, pengetahuan
luas, dsb, tentunya Cak Nun tahu tentang hal-hal tersebut di atas, tetapi
mengapa sampai dia menyepelekan sholat dan membaca Al Qurán sungguh suatu hal
yang patut dipertanyakan dan juga sangat disayangkan.
Cara-cara mempertentangkan 2 hal
yang seharusnya sejalan seperti ini juga digunakan oleh kelompok Sekulerisme,
Pluralisme dan Liberalisme (baca : SEPILIS) dalam usahanya menggerogoti Islam
dari dalam. Ciri khas mereka adalah mengaku Islam tetapi paling depan dalam
menjelek-jelekkan dan mencela Islam, serta membuat opini2 dan pemikiran2 yang
mendangkalkan akidah.
Apalagi pihak kafirun dan
musyrikin yang sekarang gencar membuat opini yang negatif tentang Islam.
Yang sesuai dengan kaidah Islam (sesuai Al Qurán & Hadits) dianggap tidak
baik, fanatik, ekstrem, kaku, mau menang sendiri, dsb. Sedangkan yang
menyimpang dengan ajaran Islam dianggap baik, boleh, toleran, flexible,
dsb. Sebagai salah satu contoh apabila mendengar kata “jihad” maka opini
masyarakat umum yang terbentuk sekarang adalah berkonotasi negatif misalnya
perang, pengeboman, terorisme, dsb. Padahal makna “jihad” yang
sesungguhnya adalah sangat luhur. Bahkan seorang ibu rumah tangga yang
sedang mengurus rumah tangganya sambil mengasuh anak2nya sesungguhnya sedang berjihad.
Seseorang yang mati saat berjihad disebut mujahid yang akan mendapatkan
kedudukan sangat tinggi bersama Rasulullah s.a.w. di Surga al Jannah kelak.
Rasulullah memerintahkan kita
untuk melaksanakan perintah dalam Islam dengan sesungguh2nya atau secara kaffah.
Bukan setengah-setengah, yang gampang-gampang atau yg kita sukai kita lakukan
sedangkan yang kita malas kerjakan maka kita tinggalkan. Padahal segala
perintah yang hukumnya fardhu (wajib) – misalnya sholat – ya harus dikerjakan
tidak ada tawar menawar lagi.
Demikian sedikit tanggapan
tentang tulisan Cak Nun dalam tulisannya ”Gusti Allah tidak nDeso”.
Sekedar untuk mengingatkan kita akan usaha2 pendangkalan akidah yg dilakukan
pihak2 tertentu dan juga bahkan pihak-pihak yang menamakan dirinya ”Islam” namun
sepak terjangnya malah mengacaukan Islam.
Apabila terdapat kekurangan2
atau kesalahan2 dalam tulisan di atas, itu semata-mata adalah kelemahan saya
sebagai manusia biasa. Untuk itu dengan segala kerendahan hati saya mohon
dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya. Namun apabila benar
maka kebenaran itu datangnya dari Allah semata. Wallahu’alam bissawab.
Wabillahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr wb.
0 komentar:
Post a Comment