MENU BLOG

Friday, 3 October 2014

Berhubungan dengan Allah dan sesama manusia

Assalamu’alaikum wr wb.
Dewasa ini banyak pemikiran2 baik yang tertulis di buku, artikel, media dsb yang sepintas sepertinya baik tetapi sesungguhnya tersembunyi hal-hal yang membahayakan akidah Islam.  Salah satunya adalah buku Cak Nun (Emha Ainun Nadjib) yang berjudul ”Gusti Allah tidak nDeso”.  Dalam bukunya tsb Cak Nun menulis diantaranya adalah tentang ”pilihan” yang diajukan cak Nun tentang 3 macam orang :
Pertama :    orang yang shalat lima waktu, membaca al-quran, membangun masjid, tapi korupsi uang negara.
Kedua :    orang yang tiap hari berdakwah, shalat, hapal al-quran, menganjurkan hidup sederhana, tapi dia sendiri kaya-raya, pelit, dan mengobarkan semangat permusuhan.
Ketiga :    orang yang tidak shalat, tidak membaca al-quran, tapi suka beramal, tidak korupsi, dan penuh kasih sayang.
Dan dengan penuh keyakinan cak Nun pilih yang ketiga.  Inilah yang perlu dikritisi karena sangat membahayakan akidah, karena seolah2 cak Nun menyuruh (orang Islam) tidak usah sholat, tidak usah baca Al Qur’an, yang penting berbuat baik kepada sesama yaitu diantaranya suka beramal, tidak korupsi & penuh kasih sayang, dsb.
Mari kita ingat pelajaran Agama di sekolah dulu.  Dalam hidup manusia ada istilah hubungan vertikal antara manusia dgn Tuhannya (habluminallah) dan hubungan horizontal antara manusia dgn manusia lainnya (habluminannas), dimana keduanya harus seimbang tidak boleh mengabaikan salah satu diantara kedua hal tsb karena semua akan ada konsekuensinya.

1.    Habluminallah

Manusia diciptakan oleh Allah untuk mengabdi kepadaNya. Allah memerintahkan manusia untuk menyembah hanya kepada Allah, dan beribadah kepadaNya.  Ibadah dalam kaitan yang diperintahkan oleh Allah ada banyak tapi kita hanya bicarakan tentang Sholat dan membaca Al Qurán berkaitan dgn pernyataan cak Nun di atas.
  • Sholat
Sholat adalah salah satu ibadah wajib yang diperintahkan oleh Allah.  Perintah Sholat disebutkan berkali2 di Al Qur’an mulai dari Surat Al Baqarah ayat 3, 43, 45, 83, 110, 153, 177, 238, 277, Surat Annisa ayat 43, 102, 103, 162, dsb, dan masih banyak lagi.  Begitu pentingnya Sholat sehingga kelak Sholat adalah ibadah pertama yang diperiksa dalam perhitungan amal di akherat dan menjadi tolok ukur seluruh amal ibadah lainnya.  Bila sholatnya baik maka seluruh amal ibadahnya baik, begitu juga sebaliknya bila sholatnya jelek (atau tidak pernah sholat) maka jeleklah seluruh amal lainnya.
Begitu pentingnya sholat maka ia disebutkan sebagai tiangnya agama, siapa yang mendirikan sholat maka dia telah menegakkan tiang agama, sebaliknya yang meninggalkan sholat berarti telah meruntuhkan tiang agama.  Itulah sebabnya sholat diwajibkan bagi seluruh umat muslim dewasa yang berakal tanpa kecuali. Sesungguhnya sholat juga diperintahkan dan dilakukan oleh umat-umat terdahulu sebelum umat Muhammad saw. Jadi sebenarnya seluruh umat manusia mulai dari nabi Adam a.s. diperintahkan untuk sholat sebagai bentuk penyembahan dan ketundukan (sujud) dari seorang hamba kepada Tuhannya yaitu Allah swt.  Barangsiapa yang enggan melakukan sholat maka akan mendapatkan siksa yang amat pedih sejak di alam barzah (kubur) hingga di kehidupan akhirat nanti.
  • Membaca Al Qurán
Semua orang tahu bahwa kitab suci umat Islam adalah Al Qurán.  Di dalamnya terdapat hukum, aturan, dan pedoman dan harus dipatuhi oleh umat Islam.  Terdapat juga ilmu pengetahuan dan sejarah (cerita) bisa dijadikan hikmah bagi umat manusia.  Al Qurán harus dibaca dan dipelajari untuk dilaksanakan dan dijadikan acuan dalam kehidupan sehari2.  Bila umat Islam selalu bersandar kepada Al Qurán (dan Hadits) maka akan menjadi umat yang kuat. Sebaliknya bila umat Islam tidak mau membaca dan mempelajari Al Qurán maka mereka tidak mengerti aturan yang harus dianut sebagai seorang muslim – dengan kata lain menjadi orang yang bodoh (jahil) yaitu bodoh dalam ilmu agama –  akibatnya bisa diduga, umat Islam akan semakin jauh dari Islam dan menjadi kaum yang lemah bahkan menuju kepada kehancuran.
.

2.    Habluminannas

Allah memerintahkan manusia untuk saling menyayangi dan berbuat baik satu dengan yang lainya.  Allah mengatur masalah hubungan yang baik sesama manusia antara lain tentang :
  • mendahulukan kepentingan orang lain  (QS 2:177, 59:9),
  • berbuat baik adalah merupakan sebaik-baik amalan (QS 3:92, 3:134),
  • menyempurnakan takaran dan timbangan, serta tidak merugikan orang lain (QS 7:85, 11:84, 11:85, 17:35, 26:181, dsb) – mengurangi takaran termasuk korupsi kecil2an.
  • berinfak atau memberikan sebagian rizki kepada orang lain (QS 2:254, 3:92, 14:31, 32:16, 35:29, 42:38, dsb)
  • tolong menolong dan kasih sayang (QS 5:2, 48:29, 24:22, 90:17), dan masih banyak banyak lagi.
Kesimpulannya adalah segala perbuatan baik kepada sesama manusia, tidak merugikan orang lain, tolong menolong dan kasih sayang memang diperintahkan oleh Allah kepada manusia, artinya hubungan baik kepada sesama manusia itu dalam rangka hubungan baik kepada Allah (dalam rangka melaksanakan perintah Allah).  Dengan kata lain habluminannas dalam rangka habluminallah. Keduanya sejalan dan tidak untuk dipertentangkan.  Orang yang mengabaikan habluminannas selain mendapatkan murka dari Allah dan konsekuensi di akherat, juga akan menerima konsekuensi dari sesama manusia lainya yaitu berupa perlakuan atau sangsi atau hukuman dari aturan/hukum atau norma masyarakat di mana ia berada.
Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana bila ada yang melakukan sholat tapi masih juga korupsi, bakhil (pelit), tidak suka menolong, dsb. Itu karena orang tersebut sholatnya belum benar.  Bisa jadi karena sholatnya karena agar dilihat orang lain (riya’), atau karena tujuan2 lain selain Allah, atau ia termasuk orang yang lalai dalam sholatnya sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Ma’un ayat 4-5: “Maka celakalah bagi orang-orang yang sholat,  tetapi lalai dari sholatnya.”   Dalam surat Al Ankabut ayat 29 Allah berfirman: ”Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar.” Maka bila seseorang Sholatnya baik maka itu akan ter-refleksi dalam kehidupan sehari-harinya yaitu, tawadhu’, bertindak dan bertingkah laku baik (diantaranya suka beramal dan kasih sayang terhadap sesama) dan meninggalkan segala perbuatan buruk (termasuk korupsi, mencuri, dan sebagainya).
Sebagai seorang tokoh yang katanya “kyai” (tapi pakai tambahan “mbeling”), jebolan pesantren, pengetahuan luas, dsb, tentunya Cak Nun tahu tentang hal-hal tersebut di atas, tetapi mengapa sampai dia menyepelekan sholat dan membaca Al Qurán sungguh suatu hal yang patut dipertanyakan dan juga sangat disayangkan.
Cara-cara mempertentangkan 2 hal yang seharusnya sejalan seperti ini juga digunakan oleh kelompok Sekulerisme, Pluralisme dan Liberalisme (baca : SEPILIS) dalam usahanya menggerogoti Islam dari dalam. Ciri khas mereka adalah mengaku Islam tetapi paling depan dalam menjelek-jelekkan dan mencela Islam, serta membuat opini2 dan pemikiran2 yang mendangkalkan akidah.
Apalagi pihak kafirun dan musyrikin yang sekarang gencar membuat opini yang negatif tentang Islam.  Yang sesuai dengan kaidah Islam (sesuai Al Qurán & Hadits) dianggap tidak baik, fanatik, ekstrem, kaku, mau menang sendiri, dsb.  Sedangkan yang menyimpang dengan ajaran Islam dianggap baik, boleh, toleran, flexible, dsb.  Sebagai salah satu contoh apabila mendengar kata “jihad” maka opini masyarakat umum yang terbentuk sekarang adalah berkonotasi negatif misalnya perang, pengeboman, terorisme, dsb.  Padahal makna “jihad” yang sesungguhnya adalah sangat luhur.  Bahkan seorang ibu rumah tangga yang sedang mengurus rumah tangganya sambil mengasuh anak2nya sesungguhnya sedang berjihad.  Seseorang yang mati saat berjihad disebut mujahid yang akan mendapatkan kedudukan sangat tinggi bersama Rasulullah s.a.w. di Surga al Jannah kelak.
Rasulullah memerintahkan kita untuk melaksanakan perintah dalam Islam dengan sesungguh2nya atau secara kaffah.  Bukan setengah-setengah, yang gampang-gampang atau yg kita sukai kita lakukan sedangkan yang kita malas kerjakan maka kita tinggalkan.  Padahal segala perintah yang hukumnya fardhu (wajib) – misalnya sholat – ya harus dikerjakan tidak ada tawar menawar lagi.
Demikian sedikit tanggapan tentang tulisan Cak Nun dalam tulisannya ”Gusti Allah tidak nDeso”.  Sekedar untuk mengingatkan kita akan usaha2 pendangkalan akidah yg dilakukan pihak2 tertentu dan juga bahkan pihak-pihak yang menamakan dirinya ”Islam” namun sepak terjangnya malah mengacaukan Islam.
Apabila terdapat kekurangan2 atau kesalahan2 dalam tulisan di atas, itu semata-mata adalah kelemahan saya sebagai manusia biasa.  Untuk itu dengan segala kerendahan hati saya mohon dibukakan pintu maaf  yang sebesar-besarnya.  Namun apabila benar maka kebenaran itu datangnya dari Allah semata.  Wallahu’alam bissawab.
Wabillahi taufiq wal hidayah,

Wassalamu’alaikum wr wb.

0 komentar: