Prasangka mempunyai dasar
pribadi, dimana setiap orang memilikinya, melalui proses belajar dan semakin
besarnya manusia, membuat sikap sikap cenderung membedakan – bedakan.perbedaan
yang secara sosial dilaksanakan antar lembaga atau kelompok dapat menimbulkan
prasangka. Kerugiannya prasangka melalui hubungan pribadi dan menjalar bahkan
melembaga atau turun – temurun sehingga tidak heran jika prasangka ada pada
mereka yang berpikirnya sederhana dan masyarakat yang tergolong cendekiawan,
sarjana, pemimpin, atau negarawan.
Jadi prasangka pada dasarnya
adalah pribadi dan dimiliki bersama. Prasangka juga diartikan membuat keputusan sebelum
mengetahui fakta yang relevan mengenai objek tersebut. Awalnya istilah ini
merujuk pada penilaian berdasar ras
seseorang sebelum memiliki informasi yang relevan yang bisa dijadikan dasar penilaian tersebut. Selanjutnya prasangka juga diterapkan
pada bidang lain selain ras. Pengertiannya sekarang menjadi sikap yang tidak
masuk akal yang tidak terpengaruh oleh alasan rasional
John E.
Farley mengklasifikasikan prasangka ke dalam tiga kategori :
·
Prasangka kognitif, merujuk pada apa yang
dianggap benar.
·
Prasangka afektif, merujuk pada apa yang disukai
dan tidak disukai.
·
Prasangka konatif, merujuk pada bagaimana
kecenderungan seseorang dalam bertindak.
0 komentar:
Post a Comment