MENU BLOG

Thursday, 2 October 2014

Hubungan Manusia dengan Tuhan dan Alam Semesta

Lihatlah fakta kehidupan sekarang ini. Kita merasakan cuaca alam, suhu serta musim tidak dapat selaras lagi bahkan diprediksi sekalipun dihitung oleh kecanggihan alat - alat buatan para ilmuwan. Banyak hal kehidupan manusia pun tidak sejalan oleh keinginan sebagian besar manusia. Ambil contoh; terjadinya konfrontasi antara anak dengan orang tua, perceraian suami istri, konfrontasi rakyat dengan pemerintah, buruh dengan pengusaha, dan lain - lain, hal ini menandakan bahwa sendi - sendi kehidupan mengalami ketidak-harmonisan atau disebut disharmoni.

Adalah buah pertanggungjawaban manusia akibat perbuatan di masa kemarin, di masa yang lalu, dan kini berbuah bencana, mungkin hingga masa yang akan datang.


Global Warming yang ramai didiskusikan dan dikhawatirkan orang seantero dunia adalah bukti nyata akibat buah perbuatan manusia. Berabad - abad lamanya manusia merampas hak - hak alam. Penebangan hutan untuk kebutuhan industri dan rumah tangga, ekplorasi air, mineral, tambang, gas dan minyak bumi, ekplorasi hasil laut serta karang dan pasirnya yang digunakan manusia untuk hajat hidup menjadikan alam raya dengan segala sumber dayanya menjadi gersang dan rusak. Tak terkecuali udara ikut menjadi akibat dari kerakusan manusia ( lapisan ozon yang rusak akibat asap knalpot kendaraan dan uap produksi industri sebagai salah satu sumber panasnya suhu udara di bumi ). Pemanasan global yang sedang berproses menghancurkan peradaban tata ruang bumi masih dianggap ‘biasa saja’ oleh sebagian masyarakat dunia. Di negara kita Indonesia; pemakaian kendaraan bermotor semakin meningkat hingga menambah jumlah pembangunan pom - pom bensin, ini menandakan bahwa tiada upaya pemerintah dan masyarakat untuk berkesadaran mengurangi efek polusi udara yang semakin parah. Banyaknya bencana alam baik yang terjadi di udara, darat dan laut adalah akibat kerusakan universal yang kita lakukan!.



Karena sebab manusia yang berlaku tidak adil terhadap sistem alam semesta, akibatnya alam menjadi murka terhadap manusia, maka keadaan alam menjadi tidak harmonis. Alam semesta tidak lagi mau kompromi dengan manusia, dan bummmm !!!... terjadilah bencana - bencana sporadis dan silih berganti. Bencana - bencana yang ditimbulkan oleh alam, bukanlah kesalahan alam dan Tuhan Sang Pencipta, akan tetapi buah dari kesalahan manusia. Dari sikap para manusianya baik dari para pemimpin dan pejabat yang selalu kemaruk dan korup, rakyatnya yang malas belajar dari kesalahan, tidak mau berubah menjadi cerdas dan berkualitas, senangnya membelanjakan uang ke mall - mall, malas untuk berpikir dan merenungkan apa yang terjadi di sekeliling. Maka ketika terjadi bencana alam di lingkungannya ( misalnya banjir ), mereka cuma terheran - heran dan bersungut - sungut. Masya Allah.....

0 komentar: