MENU BLOG

Monday, 6 October 2014

Mitos Mbah Petruk, Kyai Slamet dan Romo Bebek

Di balik sebuah legenda atau mitos dalam sejarah membawa makna. Itulah yang bisa diambil dari fenomena kemunculan awan berbentuk seekor bebek pasca terjadinya dentuman dan semburan lava pijar berada di puncak Gunung Slamet yang berada di lima kabupaten di Jawa Tengah yaitu Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes dan Kabupaten Banyumas ini.

Jika pada masa erupsi Merapi, muncul fenomena Mbah Petruk, yang menghadap ke Yogya sebelum meletus, maka layaknya di Merapi, usai terjadi 'erupsi kecil' di Gunung Slamet muncul fenomena awan membentuk 'Romo Bebek'.

Selain dipercaya warga sekitar sebagai penguasa Gunung Slamet, 'Romo Bebek' sebutan yang sering dilontarkan oleh warga sekitar adalah 'momongan' (asuhan) dari Kyai Slamet, sebutan Gunung Slamet di era masa sekarang. Kyai Slamet konon diangkat sebagai Tumenggung (pengawal) sang penguasa Laut Pantai Selatan, Ratu Kidul. Kyai Slamet diserahi Ibu Ratu Kidul untuk mengasuh dua gunung yang didekatnya, yaitu Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing yang pernah muncul fenomena awan membentuk tokoh pewayangan yaitu Kyai Semar.

Subarno, seorang paranormal di Jateng saat dikonfirmasi merdeka.com di rumahnya di Kota Semarang, Jawa Tengah Kamis (11/9) menjelaskan, kemunculan Romo Bebek ini sebagai simbol perbuatan untuk 'angon' (saling mengasuh) sesama warga. Apalagi, saat ini kondisi negara kita dalam kondisi usai Pemilihan Presiden (Pilpres) saling mencaci dan saling memaki. Bahkan saling berupaya menjatuhkan hingga melupakan kepentingan rakyat, bangsa dan negaranya. Sehingga muncul penampakan awan Romo Bebek sebagai nasihat agar saling mengasuh, mengasah dan mengasihi.

"Sejarahnya kidul (Ratu Kidul) dan Sungai Serayu. Romo Bebek diberikan ke Romo Slamet disuruh untuk angon. Angon dalam artian yang luas yaitu nuntun (mengarahkan) kepada hal yang baik. Apalagi paska Pilpres, suasana tidak semakin mendingin justru semakin memanas! Gonjang-ganjinge jagat!" ungkapnya.

Jika warga berdasarkan melihat bentuk penampakan awan menyatakan bahwa itu adalah bentuk seekor bebek, maka Subarno paranormal yang dalam dunia metafisika sering dipanggil Kyai Bolong ini menyatakan bahwa awan itu gambaran bentuk tokoh pewayangan yang disebut 'Togok'.

Togok, merupakan tokoh pewayangan dewa yang kemunculannya di dunia hampir bersamaan dengan tokoh Semar. Namun, togok ini mempunyai karakter 'mbodoni' atau tahu tapi pura-pura tidak tahu. Layaknya pejabat politik saat ini. Demi kepentingan kelompok atau golonganya mereka mengesampingkan kepentingan rakyat.

"Bibirnya menyerupai tokoh wayang di Jawa seperti togok. Karakternya 'orang tiyeng' (pura-pura tidak mengerti) akan kebenaran kalau orang Banyumasan bilang. Makanya banyak pejabat sekarang seperti itu," ungkapnya.

Jika kita sebagai manusia tidak saling mengasuh, mengasih dan mengasah (belajar bersama), maka bencana yang akan didapatkan di negeri ini. "Kyai Slamet kongkon angon supoyo siji ora ono sing siji kalong. Mulane dijenengke nylametke. Nyoh ki bebek limo diawasi, ojo sampek kalong mulane dadine slamet terus. Nek ono sing nyolong culigo, mengerikan (Gunung Slamet disuruh mengasuh bebek! Makanya dinamakan Slamet, supaya semua selamat. Jangan sampai ada korban jiwa. Kalau ada yang mencuri nyawa salah satunya akan mengerikan),"tuturnya.

Namun, Subarno meramalkan meski bergejolak Gunung Slamet tidak akan meletus besar. Sebab, dalam perjalanan sejarahnya Gunung Slamet tidak pernah mengalami erupsi besar. "Meletusnya Gunung Slamet mengerikan. Lebih mengerikan dari Gunung Galunggung. Tapi tidak mungkin Gunung Slamet meletus," ramalnya.

Subarno yang sempat bertemu almarhum juru kunci Gunung Slamet yang bernama Eyang Pramono itu juga meyakini bahwa semua gunung di Jawa khususnya secara gaib saling berhubungan dan mempunyai mitos masing-masing. "Semua gunung itu ada hubungannya dengan Ibu Ratu Kidul. Slamet itu adalah pengasuh yang dipercaya momong. Kalau Slamet marah, meletus maka Sindoro Sumbing menangis. Karena sedih karena Sindoro, momongane nesu (marah) akan takut. Kalau ibu'e diperintah yo nesu. Podo wae. Merapi adalah besan, Slamet adalah Tumenggung," tukasnya.

Subarno menambahkan, selain mitos penampakan Romo Bebek di puncak Gunung Slamet, penampakan bebek juga secara gaib kadang kala muncul di sepanjang Sungai Serayu yang membentang di sekitar kaki Gunung Slamet. Selain dalam bentuk kawanan bebek juga kadang muncul dalam bentuk kawanan kerbau di sepanjang hulu dan hilir Sungai Serayu.

"Jika muncul itu, maka akan ada peristiwa penting di negeri ini. Kawanan bebek atau kerbau muncul, tiba tiba raib dan menghilang entah kemana. Diyakini, bahwa Sungai Serayu itu jalan menuju istana Ibu Ratu Kidul di Laut Selatan tempat kerajaan gaib Ratu Kidul bertahta. Ibaratnya pasukan atau kawanan bebek atau kerbau itu sowan,"ucapnya.

Percaya tidak percaya, itulah mitos, kepercayaan terhadap keberadaan Gunung Slamet (Kyai Slamet), Romo Bebek, Ibu Ratu Kidul dan Sungai Serayu yang saling memiliki keterkaitan. Layaknya mitos Mbah Petruk dengan Loh Toyo sang penguasa Merapi, dengan fenomena alam Banjir Lahar Dingin serta cerita tentang; 'Sabdo Palon Noyo Genggong' yang menjadi mitos dan legenda di kaki lereng Merapi saat ini.

"Itu bukan legenda, ibaratnya Mbah Maridjan cerita yang nyata, fakta dan itu bisa mengeluarkan bebek ratusan dan bebek nyata. Jika di ikuti akan berada di Serayu. Bebek ajaib. Makanya Gunung Slamet adalah sosok pengayom yang dijuluki Kyai Slamet," pungkasnya.

0 komentar: