Hak Allah dan Kewajiban Manusia
Setelah manusia diciptakan, Allah SWT tidak membiarkan begitu saja, tetapi
untuk kepentingan dan keperluannya, Allah telah menyediakan keperluannya di
alam semesta.
Secara garis besar hak Allah SWT yang berarti kewajiban manusia kepadaNya
terbagi menjadi dua:
Hak yang berhubungan dengan tindakan
yaitu antara lain menunaikan shalat dan puasa ramadhan.§
§ Hak yang berhubungan dengan keimanan ( kepercayaan). Setiap orang
wajib beriman kepada Allah SWT, ia adalah tempat berlindung, tidak melahirkan
dan tidak dilahirkan dan tidak ada bandinganNya.
Berkenaan dengan hak-hak Allah Dan hak manusia, Allah berfirman dalam hadits
qudsi : Tidaklah Aku akan memperhatikan hak hambaku, sebelum ia menunaikan
hakku (HR Thabrani dari Ibnu Abbas ra).
Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwa tidaklah etis bagi manusia mengharap
sesuatu sebagai haknya dari Allah sebelum ia mengerjakan apa yang menjadi
kewajiban kepadaNya. Sebaliknya jika manusia memenuhi hak-hak Allah, maka sudah
pasti Allah akan memberikan yang terbaik baginya.
Seorang mukmin harus memahami bagaimana hubungan yang seharusnya dibina dengan
Allah SWT sebagai Rabb-Nya dan Ilah-Nya. Hal yang penting di dalam membina
hubungan itu, manusia harus lebih dahulu mengenal betul siapa Allah. Bukan
untuk mengenali zatnya tetapi mengenali landasan dasarNya ( masdarul ulmu) atau
ilmu-ilmu Allah dengan memahami bagaimana luasnya kekuasaan dan ilmu Allah,
dengan begitu akan timbul rasa kagum dan takut kepada Allah sekaligus menyadari
betapa kecil dan hina dirinya.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa manusia haruslah selalu menjaga
hubungan dengan Allah SWT karena hubungan sang pencipta dan yang diciptakan
adalah suatu hubungan yang tidak bisa dipisahkan. Manusia sebagai makhluk yang
diciptakan Allah SWT, mustahil bisa berlepas diri dari keterikatannya
denganNya. Bagaimanapun tidak percayanya manusia dengan Allah, suka atau tidak
suka, sadar atau tidak sadar manusia akan mengikuti sunatullah yang berlaku di
alam semesta ini. sesungguhnya hubungan antara Allah dan manusia sudah disadari
oleh sebagian besar manusia sejak dahulu. Mereka sudah mendudukkan Allah
sebagai Rabb ( pencipta alam semesta) tapi mereka masih terhalangi oleh
kejahilan atau kesombongan untuk menempatkan Allah sebagai Ilah ( yang disembah
atau diabdi).
Pemahaman itu akan berlanjut dengan kembalinya ia pada hakikat penciptanya dan
mengikuti landasan hidup yang telah digariskan oleh Allah SWT.
Ada tiga hal yang dapat dijelaskan di dalam hubungan antara manusia (mukmin)
dan Allah setelah manusia mengenali Allah dengan benar. Pertama, hubungan itu
akan ditandai dengan adanya rasa mahabah ( cinta ) yang sangat tinggi terhadap
Allah bahkan mengalahkan rasa cintanya kepada manusia lain ataupun benda yang
dimilikinya.
Kedua, Didalam Al quran Allah mengibaratkan hubungan manusia ( mukmin) dan
Allah itu adalah seperti tijarah (jual beli )yang akan menyelamatkan
orang-orang dari azab yang pedih. jual beli itu berupa keimanan kepada Allah SWT
dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa. Allah juga mengibaratkan
Amal sholih seorang mukmin sebagai pinjaman yang diberikan kepada Allah,
pinjaman itu dapat berupa tenaga ataupun harta. Walaupun hakikatnya semua harta
dilangit dan dibumi adalah milik Allah dan diberikan sementara untuk manusia
dan jika manusia membelanjakannya di jalan Allah maka niscaya Allah akan
mengembalikannya dengan berlipat ganda dan tidak terbatas.
Ketiga; hubungan manusia ( mukmin ) dan Allah itu ditandai dengan adanya amal
sholih. Manusia terikat dan terlibat di dalamnya, baik amal yang bersifat umum
( ibadah) maupun amal khusus ( da’wah). Amal tersebut lebih dari sekedar untuk
dirinya sendiri tetapi juga untuk mengajak orang lain beribadah.
Semua manusia ( mukmin ) menjaga hubungannya dengan Allah SWT semata –mata
untuk mendapatkan ridhoNya akan tetapi manusia juga harus mengingat bahwa tidak
hanya menjaga hubungan dengan Allah saja yang utama tetapi dengan sesama
manusia dan alam sekitar juga harus seimbang.
0 komentar:
Post a Comment